TATA SURYA
Tata Surya adalah kumpulan benda
langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya.
=> ASAL USUL
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah
dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah :
Hipotesis Nebula
Hipotesis
nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1668-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1608) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marqius de Laplace secara
independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut
ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan
berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang
raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat,
dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan
membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari
planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka
Hipotesis
Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama
kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest L. Muolton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat
adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal
pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada
permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi
berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya
dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi
tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan
menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke
waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya
menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang
lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi
menjadi planet Namun astronom Harlod tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang
sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis
tersebut
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola
kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang
yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak
meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Tata Surya
bagian dalam
Tata Surya
bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat
dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan
Saturnus.
Planet-planet bagian
dalam
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet)
memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak
mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet
ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang
membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk
intinya. Tiga dari empat planet ini (Venus, Bumi, dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti
gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara Matahari dan
bumi ( Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta
juga terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan
ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed
ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan
pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan
terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya. Besarnya
inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan.
Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi
tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh
energi awal Matahari.
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi
(0,815 massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal
dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan
tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih
padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas
dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah
gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas
geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan
magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus
berasal dari gunung berapi
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan
terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan
satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang
cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan
satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi
sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh
keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus
(0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya
adalah karbondioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa
seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles Merineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi
sampai baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya
yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Planet-planet
luar
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (gas giant),
atau planet Jovian secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang
mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung hidrogen dan helium; Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para astronom
mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa
es. Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem
cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari
gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri
semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang
diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar,Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi
dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata
Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus
hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter
atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak
padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini
(dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es
saja Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki
atmosfer yang cukup berarti.
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit.
Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa
lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas Uranus memiliki 27
satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel
dan Miranda.
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari
Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet
ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus
memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair. Triton adalah
satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut
Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
DIMENSI GALAKSI BIMA SAKTI
Tata
Surya terletak di galaksi Bima Sakti,
sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan
memiliki sekitar 200 milyar bintang. Matahari
berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan
Orion. Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari
pusat galaksi, dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200
kilometer per detik.
0 komentar: