Kamis, 27 Februari 2014

0

Puisi

“Rangkaian Nada Hitam”


Reputasi  tinta tak pernah redup pada puluhan lingkup
Ocehan drama hanya refleksi yang tak terduga
Sinergi positif akan terus melesat ke seluruh raga
Aspirit pembangun jiwa, terwakilkan oleh sajak berirama
Lirik simpel, tak sesimpel teori dalam materi
Ironi diktosi akan tetap tenang walau terus terisi
Artifak cinta selalu menggencar aliran nestapa

Degupan instrumen laguku
Enyah tertampik diruas bilik kasta
Senggema dengan versi maya berupa kiasan realita
Tersungkur di zona titik sempurna
Ilustrasi berdimensi senja terus berlaga

Adrenalin terpacu mencari celah singgahsana tahta
Nafsu tervonis dengan kelitan kata bermakna
Gemingan perkara slalu mengusik ketenangan jiwa
Gelora figur berharga tak pernah lelah menghapus peluh yang ada
Ritme yang ku sandra akan selalu kekal terbalut intonasi nada
Aral yang menghujam akan kuarungi dengan diagram kesabaran
Estetika cinta hanya membuat standar otak mati rasa
Nada ini akan selalu mendapat juataan possisi di dunia
Ibarat karya sang pujangga yang menghantui jagad raya



Sajak Karang Pantai
Aku dan kamu bagai karang pantai mencintai laut lepas
Dari jauh aku mengagumimu dengan seluruh kekuranganku
Menatap gelombang ombak rambutmu
Atau menikmati cahaya dirimu
Pada senja yang menenggelamkan matahari di matamu
Aku dan kamu bagai karang pantai mencintai laut lepas
Ribuan mil dari hatimu aku berusaha melacak cintamu
Pada setiap buih ombak yang menghantam diriku
Bila aku berani
Akan kutitipkan semua salamku
Pada nadi-nadi sungai yang merambat dan bermuara menuju ke kedalaman hatimu
Tapi, akankah semua itu sampai kepadamu ?
                        Hingga saatnya kita beretmu
                        Senyum kita bersatu
                        Aku berusaha mengerti dirimu
                        Tapi hanya sunyi yang bergetar di leher kita
Aku mengagumimu
hariku berubah ketika ada kamu
Meski dirimu hanya seperti ombak
Yang memberikan sentuhan
Dan pergi tanpa salam perpisahan
                        Impianku hanya satu
Angin ini menyampaikan rasaku
Berharap kamu menyusun kata cinta
Dan menjadi sebuah sajak cinta
Sungguh hancur sukma ini
Ketika melihat dirimu
Dirimu yang kukagumi
Telah menemukan cinta sejati
Tapi bukan aku
Aku sadar bahagiamu bukan aku
Ini kisahku yang berakhir kelam
                        Sejak  saat itu kita tak lagi bertemu
                        Kamu mungkin sadar, bahwa aku mengagumimu
                        Lalu kamu kembali ke tempatmu
                        Tapi aku,
                        Aku tetap menjadi karang pantai
                        Yang cacat dihantam ombak
Desau angin terdengar bagai lagu sedih
Burung-burung hitam mengoak
Bagai caci maki sepanjang hari
Pantai yang tak punya perasaan !
Aku akan pergi dari sini
                        Disetiap langkah yang kutempuh
                        Akan kulepas satu persatu kenangan tentang dirimu
                        Meski tak seluruhnya
Dari ribuan sejarah manusia yang sedih
Barangkali aku salah satunnya
Tapi harusakah aku menghabiskan hidupku
Hanya dengan menjadi karang pantai yang sedih?
                        Kembali kudengar lamat-lamat suaramu
                        Kau berkata “ Tetaplah menjadi karang pantai yang   menganggumiku”
                        Tidak kataku dalam hati
                        Aku telah memutuskan untuk menjadi hal yang lain
                        Hal yang lebih terhormat daripada mengaggumimu
Barangkali aku gagal menjadi kekasihmu
Tetapi cinta tetap ada
Untuk apa dan untuk siapa
Biarlah ia menentukan nasibnya sendiri
Aku dan kamu bagai karang pantai yang mencintai laut lepas?
Rupanya tidak lagi :)


           



           
           


                       

                       







0 komentar: